Translate

Thursday, September 10, 2015

Kepada Dik, (2)

Kepada Dik,

Yang hatinya macam sabana
pada kemarau musim harapnya
hamparan rumput kering dan belukar
digesek angin berkabar langsung terbakar

Aku mulai serius bertanya
rasa macam apa yang kau pinta
Aku mulai serius percaya
wanita tak sesederhana matematika

Mampuslah aku ini
badai disuruh
ninabobokkan bunga

Kalau benci bilang benci
Kalau rindu bilang rindu
Kalau cinta bilang cinta

Apa susahnya...



Friday, April 17, 2015

Jegeg,


Geg,
Kegelapan, tak pernah bisa
padamkan sedih.
Kesunyian, tak pernah bisa
membungkam sesal.

Tak lelahkah pecahi cermin?
Tak bosankah berkacakaca?

Hentikanlah hirup debu kutuk
sari tangis mereka yang kau lukai.
Bacalah kembali mantra suci
kidung pertama lahir ke dunia.
Keluarlah dari kubangan dendam.
Nurani terlampau lama
kau penjarakan.

Hapus gincumu.
Rapatkan kembali pahamu.
Beningkan putih matamu.
Buang riasan palsu di alismu.

Pijaklah lagi pasir tawa
Tarikanlah bahagia
yang tak beralaskan luka.
Bahagia yang sebenarnya.

Bahagia,
seperti senyum
bapak ibumu
ketika sambut
kelahiranmu...
.....................................

Sunday, April 12, 2015

Kutulis untukmu,

Dunia macam apa pula ini...
Peradaban makin melestarikan basabasi...

Di mana nurani...
Di mana harga diri..

Kastaku anjing...
Tapi aku merdeka..
Aku tak punya tuan..
Yang aku miliki hanya Tuhan..

Tuhan yang mengasihi
dua puluh empat jam sehari..

Aku sering dianggap tai..
Dihinakan dan dijauhi..
Hanya karena ikuti nurani..
Tapi aku tak peduli..

Aku tai yang merdeka..
Aku tai yang bahagia..

Kau bisa apa.. 

Hamba uang bisa apa.. 
Hamba pujian bisa apa.. 
Hamba kedudukan bisa apa.. 
Hamba dunia bisa apa coba...

Kutulis untukmu,
Yang terpenjara di antara paha selingkuhanmu..
Ayo pulang,
Kita punya janji yang belum dituntaskan..

Sunday, April 5, 2015

Kepada Dik,



Kau minta padaku,
tulislah puisi seperti Sapardi.
Mampuslah aku ini,
Badai disuruh ninabobokkan bunga.

Aku usaha tulis juga..
Walau kasar tapi sarat doa..

Untukmu saja..

Untuk yang bening matanya
sering disembunyikan di balik tangis.

Angin April bawakan hujan
Kurang apa coba?

Basuhlah luka..
Terbitkanlah tawa..

Menari..
menarilah lagi..

Sampai hatimu,
pulang ke asalnya lagi..

Kau minta padaku,
tulislah puisi seperti Sapardi.
Mampuslah aku ini,
Badai disuruh ninabobokkan bunga.

(Kepada dik, Yang usia kandungannya sudah tujuh bulan. Semoga semuanya dilancarkan..  )
.

Monday, March 16, 2015

Selepas Hujan



Bulan penuh bundarnya,
malam terbelah dua,
sisa hujan masih terjejak.

Pada persimpangan gang sempit,
rombongan kucing berkejaran,
bagai begal berebut perawan.
gaduh mencakar kelam jalanan.

Suara mereka mirip terompet,
tiupan lepas bibir si kecil.
Tak paham  ada yang sedihnya lengket
nyali bapaknya semakin kerdil.

Hela nafasnya kaku,
hisap lintingan bak cerutu.
Dagangannya tak kunjung laku,
pada langit basah di tahun baru .

Hujan membawa berkah..
Hujan membawa resah..

Pesta kembang api padam
orang terberai lalu lalang
kertas dan sampah kesakitan.

Pada ujung gang sempit,
tepi lokalisasi  tak bernama.
Wanita paruh baya lambaikan nasib,
gincu merah menempeli  batang rokoknya.

Ikuti jalannya jaman,
penuh luka dan tangisan.
Tak dapat satupun pelanggan
sayang bukan karena derasnya iman.

Tatapannya nanar,
semua bagian tubuhnya melar.
Ah, ada pula yang menyempit,
waktu, uang dan penyakit.

Hujan membawa berkah..
Hujan membawa resah...


Dua setengah bulan berlalu,
peristiwa melintas bisu.
Tanah basah paksa aku cerita.

Senja tinggal abunya,
kelelawar menarikan kepak resahnya.
Pertanyaan menghujam di kepala,
dari dia yang kuasai aku punya rasa.

Kemarau 'kan datang,
musim pengembaraan membentang.
Sabana menunggu disapa,
puncak menantang diciumi keningnya.

Langit tuliskan apa?
musim lepas rindu jadikah nyata?
Wanitaku menanti dipeluk,
Perempuanku membayang di ufuk.

Hujan membawa berkah..
Hujan membawa resah..

(16 maret di sore yang dingin. Kopi, rokok dan percakapan batin tanpa jawab...) 

Wednesday, March 4, 2015

Tak Sepadan (Chairil Anwar)


TAK SEPADAN
 

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros


Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka


Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka


Chairil Anwar
Februari 1943


Chairil Anwar, Idola saya. Dalam masa hidupnya yang bisa dibilang cuma sebentar, karyanya abadi. Dibukanya puisi tentang kematian neneknya dan ditutup dengan puisi kematian renungan untuknya yg menjelang ajal. Link tadi tribut buat Chairil Anwar dan Netral.   Netral, terutama lagunya yang berjudul Hujan di hatiku. Ada di playlist abadi saya juga. Menemani beribu kali kesepian dan pengembaraan.

Tak sepadan, Puisi ini jujur sering jadi pengingat saya waktu dekat dengan wanita. Apalagi mereka merespon positif.  Sadar keterbatasan  dan "kegilaan" saya pasti akan menyengsarakan mereka kalau berjalan bersama. Sadar juga hampir tak ada wanita yang akan kuat menjalani kehidupan yang saya idamkan. Palingan mereka menyerah di tengah jalan dan saya gagal move on karena ketergantungan pada hatinya. Semacam dikutuk Eros, hati mereka sudah tertutup lelaki lain sedang saya merangkaki kenangan saja yang dingin dan pintunya sudah tertutup saat saya rindu memasukinya. Akhirnya mereka baik-baik saja sedang saya terpanggang tinggal rangka. :))

Saya tak begitu peduli akan harta dan tahta, bisa dibilang saya tidak peduli akan standar dunia. Yang saya pedulikan cuma hidup dalam jalan kebebasan dan bisa hidup bahagia tanpa menyusahkan orang lain. Mungkin kalau saja saya tidak memikirkan Ibuk, maka bisa dipastikan yang akan saya tempuh seperti jalan Umbu Landu Paranggi. Berkelana sambil menulis apa saja, menggelandang. Atau bisa jadi lebih parah lagi seperti Alexander Supertramp di film "Into The Wild" Jujur kecil mimpi saya mirip dia, membuang dunia dan menyepi ke alam bebas.

 Thx banget buat yang mau baca, syukur-syukur dengerin youtubenya.

Sunday, February 22, 2015

Itu saja


Pergi,
Pergilah,
Bawa saja hatiku,
Aku tak terlalu membutuhkannya.

Buang,
Simpan,
Ah, Terserah kau sajalah,
Kupercayakan semua isi dada.

Tapi,
Kumohon,
Bawa juga sakitnya,
Aku ingin sekali lagi bisa tertawa!


Itu saja

Wednesday, February 11, 2015

Untuk anak lanangku (Nanti..)


Nang, Bila kelak kau lahir nanti yang pertama akan bapak ajarkan adalah bahasa "I Love U". Bahasa cinta. Bahasa yang bisa dipahami semua makhluk di bumi ini. Bahasa Tuhan juga.

Nang, suatu saat nanti pahamilah bapak bukanlah gurumu. Bapak tidak akan pakai cara menggurui. Bapak akan transfer ilmu yang bapak tau dan begitu juga sebaliknya. Bapak juga akan belajar memahamimu, kita akan belajar bersama. 

Nang, Kata pertama yang harus kau bisa adalah "Ibuk" biarlah kata "Bapak" menyusul kapan saja kau suka. Ibuk adalah wakil Tuhan yang sebenarnya. Bapak hanya asistennya saja.

Nang, kau boleh bandel tapi jangan pernah nakal. Bapak suka anak bandel. Kemaki sedikit juga ndak papa. Gondrong juga boleh, tatoan bonus permen juga bebas. kau tertawa bapak ikut bahagia.

Nang, kau boleh menangis tapi jangan pernah jadi anak cengeng dan manja. Lelaki harus kuat, tegar dan

Tuesday, January 20, 2015

Untuk pelacur tua

Pada selangkangan pelacur tua
Aku lihat doa
Aku lihat air mata
Aku lihat Kau; Tuhan!

Aku bisa apa
Kulemparkan uang ke wajahnya

Pergi
Pergilah
Jangan menangis
Jangan menangis lagi
Setidaknya untuk malam ini

Aku bisa apa
Kulemparkan botol ke langit malam

Doa
Doalah
Kemana saja
Kemana sajalah
Terus doa
Terus doalah
Berdoalah untuk selamanya

Tuesday, January 13, 2015

Kau Tetap Suci! ( Tulisan untuk korban perkosaan )


Ah, Sayang
Sutra terlanjur  jadi benang
Tenanglah tenang!!!
Janin di perutmu tak butuh tangisan
Balut dengan kasih sayang

Walau kita bukan di Nazaret
Walau ini jaman sesudah masehi

Ingin kusebarluaskan berita
Nasibmu serupa perawan suci Maria

Tapi siapa yang akan percaya?
Tapi siapa yang akan peduli?

Ah, Sayang
Usirlah resah di hati
Pergilah pergi!!!
Janin di perutmu titipan Gusti
Peluk dengan sepenuh hati

Walau kita bukan di Nazaret
Walau ini jaman sesudah masehi

Setiap kelahiran itu suci
Tak peduli calon nabi atau calon napi

Apakah benar-benar sudah tidak ada yang percaya?
Apakah benar-benar sudah tidak ada yang peduli?

Ah, sayang
Kau tetap suci!
Kau tetap suci!!
Kau tetap suci!!!
Kau tetap suci!!!!