Translate

Friday, April 17, 2015

Jegeg,


Geg,
Kegelapan, tak pernah bisa
padamkan sedih.
Kesunyian, tak pernah bisa
membungkam sesal.

Tak lelahkah pecahi cermin?
Tak bosankah berkacakaca?

Hentikanlah hirup debu kutuk
sari tangis mereka yang kau lukai.
Bacalah kembali mantra suci
kidung pertama lahir ke dunia.
Keluarlah dari kubangan dendam.
Nurani terlampau lama
kau penjarakan.

Hapus gincumu.
Rapatkan kembali pahamu.
Beningkan putih matamu.
Buang riasan palsu di alismu.

Pijaklah lagi pasir tawa
Tarikanlah bahagia
yang tak beralaskan luka.
Bahagia yang sebenarnya.

Bahagia,
seperti senyum
bapak ibumu
ketika sambut
kelahiranmu...
.....................................

Sunday, April 12, 2015

Kutulis untukmu,

Dunia macam apa pula ini...
Peradaban makin melestarikan basabasi...

Di mana nurani...
Di mana harga diri..

Kastaku anjing...
Tapi aku merdeka..
Aku tak punya tuan..
Yang aku miliki hanya Tuhan..

Tuhan yang mengasihi
dua puluh empat jam sehari..

Aku sering dianggap tai..
Dihinakan dan dijauhi..
Hanya karena ikuti nurani..
Tapi aku tak peduli..

Aku tai yang merdeka..
Aku tai yang bahagia..

Kau bisa apa.. 

Hamba uang bisa apa.. 
Hamba pujian bisa apa.. 
Hamba kedudukan bisa apa.. 
Hamba dunia bisa apa coba...

Kutulis untukmu,
Yang terpenjara di antara paha selingkuhanmu..
Ayo pulang,
Kita punya janji yang belum dituntaskan..

Sunday, April 5, 2015

Kepada Dik,



Kau minta padaku,
tulislah puisi seperti Sapardi.
Mampuslah aku ini,
Badai disuruh ninabobokkan bunga.

Aku usaha tulis juga..
Walau kasar tapi sarat doa..

Untukmu saja..

Untuk yang bening matanya
sering disembunyikan di balik tangis.

Angin April bawakan hujan
Kurang apa coba?

Basuhlah luka..
Terbitkanlah tawa..

Menari..
menarilah lagi..

Sampai hatimu,
pulang ke asalnya lagi..

Kau minta padaku,
tulislah puisi seperti Sapardi.
Mampuslah aku ini,
Badai disuruh ninabobokkan bunga.

(Kepada dik, Yang usia kandungannya sudah tujuh bulan. Semoga semuanya dilancarkan..  )
.